Selasa, 08 Oktober 2013

MAHAR KEBEBASAN

kepadamu, ada tanda panah di langit. pada malam yang terkantuk-kantuk, aku tiduri sebongkah cerita.
aku seorang gadis pembawa keranjang kosong dengan mata yang bingung. tahun ke tahun menanam biji empat putaran, sebab derita september. dan mereka yang berbisik dari balik punggung, memperhitungkan peruntungan si gadis. ladang yang hilang.
seperti kitab perjanjian tuhan, datang setelah pergi pada kemuning padi, sebagai serpihan hati di ujung-ujung jerami. “ke mana saja san seharian?

langit tak jadi runtuh dan angin tak tumbuh. lelakiku pemungut sisa asa pada bayangan yang berkerikil. lelaki dari gelisahku di batas, merantau ke pematang, peternakan nun hijau. lelaki dari birahiku.
kutitipkan lelah ini pada pagi yang melelapkan bahana. pada merahnya buah jambu yang bertumbuhan di setiap pucuk pohonnya di halaman.
cegatlah dengan suntingan tari pasambahan, tari randai, dan tari piring. dengan tanduk songket merah, ninik mamak diasuh petatah-petitih. di jawamu, selendang emas darimu
mahar kebebasanku.



november 2012, srsm